Ketika Damai Belum Kembali: Bantuan Kemanusiaan PMI untuk Korban Kerusuhan
Kerusuhan sosial, meskipun seringkali bersifat lokal, dapat meninggalkan dampak yang mendalam dan memicu krisis kemanusiaan. Dalam situasi di mana ketenangan belum sepenuhnya pulih, Palang Merah Indonesia (PMI) sigap hadir untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi para korban. Dengan prinsip netralitas dan independensi, PMI berupaya meringankan beban mereka yang terdampak, memberikan pertolongan tanpa memandang latar belakang.
Ketika kerusuhan pecah, akses terhadap kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, dan layanan medis seringkali terputus. PMI, dengan jaringan relawan yang luas dan terlatih, menjadi salah satu organisasi pertama yang mencapai area terdampak untuk memberikan pertolongan darurat. Sebagai contoh, saat terjadi kerusuhan di sebuah wilayah padat penduduk di Jawa Timur pada awal April 2025, tim respons cepat PMI tiba di lokasi dalam waktu kurang dari 3 jam setelah situasi dinyatakan tidak kondusif, mendirikan posko pengungsian sementara dan memberikan pertolongan pertama kepada puluhan warga yang terluka.
Fokus utama bantuan kemanusiaan PMI dalam situasi kerusuhan adalah memastikan korban mendapatkan kebutuhan dasar. Ini termasuk distribusi paket sembako, selimut, pakaian layak pakai, perlengkapan kebersihan, dan air minum. Kepala Bidang Penanggulangan Bencana PMI Provinsi Jawa Timur, Bapak Haryono (55), dalam wawancara di lokasi pengungsian pada 7 April 2025, menyatakan bahwa pihaknya telah menyalurkan lebih dari 700 paket bantuan kepada keluarga yang terpaksa mengungsi. “Kami berupaya memastikan tidak ada yang kelaparan atau kedinginan,” ujarnya.
Selain bantuan materiil, PMI juga menyediakan layanan dukungan psikososial. Trauma akibat kerusuhan, melihat kerusakan properti, atau bahkan kehilangan orang tercinta, dapat memicu masalah kesehatan mental jangka panjang. Tim psikososial PMI secara aktif melakukan pendekatan kepada korban, terutama anak-anak dan wanita, melalui kegiatan bermain dan sesi konseling untuk bantuan kemanusiaan dalam aspek pemulihan mental. Pada 12 April 2025, tercatat 120 anak-anak telah mengikuti sesi trauma healing yang diselenggarakan PMI di posko pengungsian.
Kolaborasi dengan pihak berwenang, seperti kepolisian setempat, juga menjadi kunci dalam penyaluran bantuan kemanusiaan ini. Meskipun situasi masih tegang, PMI berkoordinasi untuk memastikan keamanan relawan dan akses ke area terdampak. Peran PMI yang non-partisan memastikan bahwa mereka dapat bergerak bebas di area konflik, menjangkau siapa saja yang membutuhkan pertolongan, membawa secercah harapan di tengah ketidakpastian.